Wednesday, March 17, 2010

EPISOD CINTA 2

KERANA DIRIMU BEGITU BEHARGA




Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa

orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?

Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada

Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali

Imran [3]:144).



Ada sebuah episode mengharukan pada hari wafatnya baginda nabi SAW. Seorang sahabat yang sangat terkenal keperkasaannya, terkenal tegas dan bersuara lantang, sahabat Umar ibnu Khattab, sewaktu mendengar berita wafatnya Rasulullah SAW langsung keluar rumah menggeret pedangnya yang terhunus sambil berkata, ‘siapa yang mengatakan Muhammad telah mati.’ Inilah pertanyaan yang lebih merupakan ancaman bahwa siapa saja yang mengatakan Rasulullah telah wafat, akan dipenggal lehernya! Dialah sahabat Umar radhiallahu ‘anhu, yang kerana cintanya pada Rasulullah, begitu tidak percaya sampai lupa diri bahkan akan memenggal leher siapa saja orang yang memberitakan Rasulullah wafat.



Ada dua hal menarik yang dapat kita petik dari episod ini. Pertama, sebagaimanapun kita

mencinta sesuatu, atau seseorang, entah nanti, esok atau lusa pasti kematian akan memisahkan kita dengan yang kita cintai tersebut. Boleh jadi kita yang lebih dahulu dijemput kematian, mungkin juga orang yang kita cintai. Semakin besar kecintaan kita akan sesuatu, seseorang, maka rasa kehilangan pun sewaktu ditinggalkan pun akan semakin besar. Dan sayangnya, di dunia ini, semuanya, apa saja ada batas titik akhirnya. Maka yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan perpisahan ini.



Yang kedua, kita boleh melihat para sahabat begitu mencintai Rasulullah. Kecintaan ini adalah

kecintaan yang tulus kerana para sahabat menyadari dialah Rasulullah yang telah berhasil

menyatukan mereka yang selama ini terpisah-pisah, bermusuh-musuhan dalam kabilah-kabilah.

Dialah rasulullah yang mengangkat darjat hidup mereka dari suku yang, buas dan tidak

berprikemanusiaan, biadab, pembunuh bayi-bayi yang tidak berdosa menjadi kaum yang memiliki rasa persaudaraan dan kasih-sayang yang tinggi. Bagi para sahabat, Rasulullah adalah guru, bapa, sahabat, pemimpin dan tempat berbagi.



Di dalam riwayat lain diceritakan sahabat Umar ra sering menangis kerana mengingat sebelum kedatangan Islam ia pernah mengubur bayinya hidup-hidup hanya kerana bayi tersebut perempuan! Umar ra, menangis mengingat bayi merah tersebut, yang tak berdaya menggapai-gapaikan tangan lembutnya. Sifat yang tidak berperikemanusian inilah yang telah dirombak oleh Rasulullah, diganti dengan sifat penyayang. Kerana itu, Umar ra, begitu rasa kehilangan guru yang telah mengajarkannya kasih-sayang.



Episod pada hari wafatnya Rasulullah SAW ini ditutup dengan bertekuk-lututnya Umar ra, di hadapan sahabat Abu Bakar, yang dengan lemah-lembut menyentuh hati Umar dengan pernyataan “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang?” Kalimat-kalimat Abu Bakar bagaikan air segar dari mata air di tengah-tengah kegelisahan, penyejuk di tengah-tengah kebingungan kerana orang yang paling dicintai pergi untuk tidak kembali lagi. Mendengar kalimat lembah-lembut Abu Bakar, tangan Umar ra yang semula erat menggenggam pedang jatuh terkulai menyadari kesalahan aplikasi pernyataan cintanya yang berlebihan yang tak rela ditinggal orang yang dicintai.



Ikhwan fillah, kita perlu mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi perpisahan ini, perpisahan

dengan yang kita cintai. Selain itu, setelah berulang kali kita memperingati hari kelahiran

Rasulullah SAW, mari kita tanya diri sendiri. Adakah kecintaan kita pada baginda seperti

kecintaannya Umar ra? Adakah kecintaan kita pada baginda, pada ajaran-ajaran baginda bertambah tiap kali memperingati maulidnya? Hanya jiwa yang suci yang boleh menjawab tanpa apologi.



Mari kita tingkatkan kecintaan kita pada Rasulullah, pada ajaran-ajarannya agar kita dapat

bersaksi sebagai pengikutnya dan mendapat syafaatnya di hari penghitungan.

Apapun sebagai umatmu yang lemah kami sentiasa mencari cinta kepadaMU ‘KERANA DIRIMU BEGITU BEHARGA’ ya RASULULLAH……