Sunday, January 24, 2010

senjata seorang hamba

Mengapa Mesti Berdoa..


Mengapa mesti berdoa? Bukankah Allah Tuhan seru sekalian alam sudah sedemikian Maha

Mengetahui kalimat-kalimat yang kita lahirkan maupun yang masih kita sembunyikan? Bukankah

permintaan yang kita ajukan lewat doa sama ertinya dengan meragukan kemahatahuan Allah?

Sedangkan Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar bahkan segala yang baru tercetus di dasar

hati. Bukankah Dia Maha Kasih dengan kasih sayang yang tak berbatas sehingga kalau pun tanpa

doa dari hamba-hamba-Nya, Dia meluaskan juga pintu rezeki-Nya kepada kita? Lalu mengapa

mesti menyibuk-nyibukkan diri dengan doa?

Dan mengapa mesti menyembah, rukuk sujud dalam solat? Bukankah Allah Maha Benar dengan

segala sifat ketuhanan-Nya? Bukankah penyembahan kita tidak akan mengubah apapun dari sifatsifat-

Nya? Lalu mengapa mengira bahwa Dia memerlukan penyembahan kita, pengakuan dari

kita bahwa Dialah Allah Tuhan yang sebenar-benar Tuhan? Bukankah tanpa itu semua Dia tetap

Tuhan penguasa seluruh alam ini? Lalu mengapa mesti menyembah, rukuk sujud dalam solat?

Ikhwan fillah, mungkin kita pernah ‘tertipu’ dengan ungkapan-ungkapan mengagumkan seperti

beberapa contoh di atas. Ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh orang-orang yang

ucapannya tentang kehidupan dunia sangat mengagumkan, sungguh menarik hati dan melenakan

dan bahkan mereka berani mempersaksikan kepada Allah atas kebenaran isi hatinya, padahal

mereka adalah penentang yang paling keras (QS. Al Baqarah [2]:204). Mungkin suatu kali kita

terkagum-kagum oleh ketinggian nilai-nilai filsafat yang diusung oleh orang-orang seperti ini.

Dan kita, seperti terkesima tidak boleh memberikan argumen atas pertanyaan-pertanyaan yang lebih

berupa pernyataan-pernyataan mengagumkan ini.

Bukti penghambaan, itulah jawapannya. Ketaatan kita adalah bukti bahwa kita mengakui Allah

adalah Tuhan yang menguasai kita. Doa dan rukuk sujud solat kita adalah perwujudan

persaksian kita bahwa Dialah Allah Tuhan yang patut disembah. Dan Allah memang tidak

memerlukan penyembahan kita, tetapi justru kitalah yang lebih memerlukan penyembahan

tersebut sebagai bentuk ketaatan atas perintah-perintah yang Dia bebankan kepada kita.

Ketundukan atas perintah-perintah-Nya adalah wujud dari persaksian kehambaan kita. Bukankah

Allah sang Tuhan yang Maha Menguasai telah memerintahkan kita untuk meminta kepada-Nya?

Bukankah Dia juga telah memerintahkan kita untuk mengingat-Nya dengan solat. Lalu mengapa

kita berkilah untuk mengingkari perintah-Nya bila kita sudah menyatakan janji ketaatan kepada-

Nya. Bukankah Dia memerintahkan kepada kita untuk menyatakan: "Sesungguhnya solatku,

ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al An’am [6]:

162)

Menurut riwayat, shahabat Umar radhiallahu ‘anhu, semoga Allah meridhoinya, pernah ‘marah’

kepada hajar aswad, batu hitam yang dicium di samping Ka’bah dalam rangkaian ritual ibadah

haji. Dengan bahasa kita sekarang beliau sampai berkata, ‘seandainya bukan Allah dan rasul-Nya

yang mensyariatkan, tak kan kucium kau wahai batu hitam kerana apalah engkau hanya

sebongkah batu’. Inilah ketaatan kepada Allah. Inilah penghambaan yang dibuktikan dengan

ketundukan terhadap perintah-perintah-Nya.

Dan Allah Tuhan seru sekalian alam telah mengajarkan bahwa taqwa, menjalankan semua

perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya adalah bentuk dari persaksian kita.

Di dalam hidup ini, banyak sekali perintah-perintah dan larangan-Nya yang harus kita patuhi

untuk mewujudkan penghambaan kita. Tinggal kita sekarang mau atau tidak melaksanakan

perintah dan menjauhi larangan sebagai bentuk ketaatan.

Ya Allah jadikan kami sebagai hamba yang selalu melaksanakan perintah-perintah-Mu dan

menjauhi larangan-larangan-Mu.

No comments:

Post a Comment